Rabu, 07 November 2012

DETERMINASI DAN UTOPIANISME TEKNOLOGI

DETERMINASI TEKNOLOGI
 
Perkembangan teknologi tentu akan dihiasi oleh berbagai konsekuensi yang menyertainya yang berpengaruh pada masa depan dunia kehidupan. Perkembangan teknologi merupakan perluasan berbagai kemungkinan di dunia. Dibalik kemudahan yang diagung-agungkan oleh perkembangan teknologi saat ini, ada sisi suram yang menyertai perkembangan teknologi antara lain munculnya masalah kemanusiaan, degradasi peradaban, dan penghancuran diri sendiri umat manusia. Tak perlu jauh-jauh, Indonesia sendiri telah dihiasi oleh asap polusi dari kegiatan pabrik, asap kendaraan bermotor. Hal ini beranjak dari konsekuensi perkembangan teknologi di bidang industri. Tak hanya itu, konsekuensi negatif lainnya yang timbul adalah limbah yang mencemari lingkungan, udara, air, dan tanah.
Determinisme teknologi dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang dilakukan manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak di luar kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan internet. Tanpa ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa saja. Tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu manusia jadi sangat tergantung.
Utopia dapat diartikan sebagai suatu ide mengenai masyarakat idaman, tentram dan damai. Utopianisme merupakan suatu bentuk pemahaman mengenai konsep “masyarakat/peradaban tanpa cela”. Peradaban tanpa cela ini adalah suatu peradaban masa depan yang dimana segala sesuatu berlangsung secara indah, menyenangkan, dan ideal. Masyarakat/peradaban yang tanpa cela ini juga diartikan sebuah peradaban yang demokratis dan tanpa kelas. Utopianisme memiliki dua aliran, yaitu utopia sosial dan utopia fisik. Utopia sosial adalah suatu konsep pembentukan peradaban tanpa menyinggung masalah lingkungan fisik manusia. Pada utopia sosial ini upaya perubahan adalah pada sisi struktur dan norma-norma kehidupan sosial. Tidak ada pembagian kelas-kelas, pemerataan distribusi barang dan pemerataan kesempatan terjadi di semua lapisan masyarakat. Sedangkan pada utopia fisik, lebih kepada pengelolaan kehidupan fisik manusia tanpa menyinggung konteks kehidupan sosialnya. Pemahaman utopia fisik berpendapat bahwa melalui perubahan dan pembangunan fisik serta pengelolaan tata ruang yang baik, efisien, indah, manusia akan menjadi bahagia, hidup lebih baik, teratur, sehat dan sejahtera.
 Pencetus teori determinisme teknologi ini adalah Marshall McLuhan pada tahun 1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of Typographic Man. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi  membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam kehidupan manusia. Contohnya dari masyarakat yang belum mengenal huruf menjadi masyarakat yang canggih dengan perlatan cetak maupun electronik. Inti determinisme teori yaitu penemuan atau perkembangan teknologi komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana menurut McLuhan, budaya kita dibentuk dari bagaimana cara kita berkomunikasi.

 Marshall McLuhan 

 UTOPIANISME TEKNOLOGI

Pendekatan utopianisme dalam memahami perkembangan teknologi adalah bagaimana perkembangan suatu teknologi tetap diimbangi dengan lingkungan alam yang lestari dan kondisi sosial kultur yang tetap baik dan terjaga. Misalkan saja bila Indonesia tidak lagi diliputi polusi limbah pabrik, pepohonan hijau dimana-mana, sungai-sungai tetap memberikan ekosistem air yang baik, habitat hewan dan tumbuhan terjaga baik, meskipun perkembangan teknologi di Indonesia berjalan pesat.
Begitupun juga dengan teknologi komunikasi, pemikiran utopia menginginkan teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat tetap diimbangi dengan sosial dan kultur masyarakat yang positif. Seperti kemunculan teknologi internet yang semakin memudahkan manusia berinteraksi tetap mampu menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat. Kemunculan jejaring sosial Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak hanya secara maya namun juga secara langsung (face to face). Masih banyak harapan lainnya selain dua contoh diatas, namun pemikir utopia menginginkan berbagai konsekuen negatif perkembangan teknologi komunikasi yang telah pesat di berbagai bidang kehidupan tersebut tidak terjadi. Memang ini sebuah khayalan tingkat tinggi, namun ini bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk dilakukan. Sejatinya, teknologi komunikasi terus diciptakan dan dikembangkan adalah tak lain untuk memudahkan perjalanan hidup manusia. Bila manusia meletakkan kemuliaan martabat manusia diatas menggiurnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, maka manusia akan menggunakan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan dan menjauhkan dari niat-niat negatif dalam penggunaannya. Yang terjadi saat ini justru manusia rela menjatuhkan kemuliaannya dengan bersikap egois dan tak bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi. Demi kepentingan pribadi, manusia rela saling menjatuhkan, merugikan, membinasakan manusia lainnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Bila melihat carut marut dunia yang disebabkan perkembangan teknologi termasuk teknologi komunikasi, pemikiran utopia memang bagi sebagian orang dianggap terkesan sepele, muluk-muluk, terlalu berandai-andai, dan hanya suatu khayalan tingkat tinggi. Namun sebenarnya ini adalah suatu pemikiran yang didambakan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan yang lebih baik. Pemikir utopia yakin suatu saat keseimbangan alam dan sosial kultur manusia dengan teknologi termasuk teknologi komunikasi dapat terwujud suatu hari nanti.
Pendekatan utopianisme dalam memahami perkembangan teknologi adalah bagaimana perkembangan suatu teknologi tetap diimbangi dengan lingkungan alam yang lestari dan kondisi sosial kultur yang tetap baik dan terjaga. Misalkan saja bila Indonesia tidak lagi diliputi polusi limbah pabrik, pepohonan hijau dimana-mana, sungai-sungai tetap memberikan ekosistem air yang baik, habitat hewan dan tumbuhan terjaga baik, meskipun perkembangan teknologi di Indonesia berjalan pesat.
Begitupun juga dengan teknologi komunikasi, pemikiran utopia menginginkan teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat tetap diimbangi dengan sosial dan kultur masyarakat yang positif. Seperti kemunculan teknologi internet yang semakin memudahkan manusia berinteraksi tetap mampu menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat. Kemunculan jejaring sosial Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak hanya secara maya namun juga secara langsung (face to face). Masih banyak harapan lainnya selain dua contoh diatas, namun pemikir utopia menginginkan berbagai konsekuen negatif perkembangan teknologi komunikasi yang telah pesat di berbagai bidang kehidupan tersebut tidak terjadi. Memang ini sebuah khayalan tingkat tinggi, namun ini bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk dilakukan. Sejatinya, teknologi komunikasi terus diciptakan dan dikembangkan adalah tak lain untuk memudahkan perjalanan hidup manusia. Bila manusia meletakkan kemuliaan martabat manusia diatas menggiurnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, maka manusia akan menggunakan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan dan menjauhkan dari niat-niat negatif dalam penggunaannya. Yang terjadi saat ini justru manusia rela menjatuhkan kemuliaannya dengan bersikap egois dan tak bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi. Demi kepentingan pribadi, manusia rela saling menjatuhkan, merugikan, membinasakan manusia lainnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. 
Dampak positif dan negatif menyertai seiring perkembangan teknologi komunikasi. Secara positif, perkembangan tekonologi komunikasi telah banyak membantu berjuta-juta penduduk dunia untuk saling terhubung dengan kerabat, keluarga, teman lama, dan lain sebagainya. Bahkan saat ini berkomunikasi pun menjadi hal yang lumrah dengan biaya yang murah namun mampu melampaui ruang dan waktu.
Dibalik nilai positif teknologi komunikasi yang menggiurkan, dampak negatifnya pun tak kalah dahsyat. Teknologi komunikasi memberikan dampak negatif terhadap kualitas dari hubungan yang dijalin. Ini dapat kita lihat fenomena masyarakat yang lebih nyaman mengumpulkan teman-teman didunia maya daripada aktif pada kegiatan-kegiatan organisasi nyata yang dapat memberikan kualitas hubungan pertemanan yang lebih berkualitas, kongkrit dan intents.
pemikiran utopia menginginkan teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat tetap diimbangi dengan sosial dan kultur masyarakat yang positif. Seperti kemunculan teknologi internet yang semakin memudahkan manusia berinteraksi tetap mampu menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat. Kemunculan jejaring sosial Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak hanya secara maya namun juga secara langsung (face to face). Masih banyak harapan lainnya selain dua contoh diatas, namun pemikir utopia menginginkan berbagai konsekuen negatif perkembangan teknologi komunikasi yang telah pesat di berbagai bidang kehidupan tersebut tidak terjadi. Memang ini sebuah khayalan tingkat tinggi, namun ini bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk dilakukan. Sejatinya, teknologi komunikasi terus diciptakan dan dikembangkan adalah tak lain untuk memudahkan perjalanan hidup manusia. Bila manusia meletakkan kemuliaan martabat manusia diatas menggiurnya perkembangan teknologi komunikasi saat ini, maka manusia akan menggunakan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan dan menjauhkan dari niat-niat negatif dalam penggunaannya. Yang terjadi saat ini justru manusia rela menjatuhkan kemuliaannya dengan bersikap egois dan tak bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi. Demi kepentingan pribadi, manusia rela saling menjatuhkan, merugikan, membinasakan manusia lainnya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Banyak orang yang memiliki ratusan atau bahkan ribuan teman di facebook tetapi di dunia nyata, mereka hanya memiliki beberapa orang teman dekat yang menemani keseharian mereka. Inilah salah satu dampak negatif facebook yang sampai sekarang mungkin belum disadari oleh beberapa orang. Mereka telah kehilangan kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat dan cenderung nyaman dengan kehidupan online. Padahal jika terjadi suatu hal yang krusial pada kehidupan kita, yang bisa membantu kita bukanlah orang-orang yang kita kenal didunia maya tapi orang-orang yang hidup disekitar kita.
Determinisme teknologi media massa memunculkan dampak. Media massa mampu membentuk seperti apa manusia. Manusia mau diarahkan pada kehidupan yang lebih baik media massa punya peran. Namun demikian, media massa juga punya andil dalam memperburuk keberadaan manusia itu sendiri.
Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu
Perkembangan teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.

DAFTAR PUSTAKA :

Morissan. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Kencana. Jakarta. 2008.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/06/teori-determinasi-teknologi-dan-teori-utopianisme-506254.html 



  

1 komentar:

  1. nice post... teori utopianisme untuk kehidupan yang lebih baik dan seimbang

    BalasHapus