DETERMINASI TEKNOLOGI
Perkembangan
teknologi tentu akan dihiasi oleh berbagai konsekuensi yang
menyertainya yang berpengaruh pada masa depan dunia kehidupan.
Perkembangan teknologi merupakan perluasan berbagai kemungkinan di
dunia. Dibalik kemudahan yang diagung-agungkan oleh perkembangan
teknologi saat ini, ada sisi suram yang menyertai perkembangan teknologi
antara lain munculnya masalah kemanusiaan, degradasi peradaban, dan
penghancuran diri sendiri umat manusia. Tak perlu jauh-jauh, Indonesia
sendiri telah dihiasi oleh asap polusi dari kegiatan pabrik, asap
kendaraan bermotor. Hal ini beranjak dari konsekuensi perkembangan
teknologi di bidang industri. Tak hanya itu, konsekuensi negatif lainnya
yang timbul adalah limbah yang mencemari lingkungan, udara, air, dan
tanah.
Determinisme
teknologi dapat diartikan bahwa setiap kejadian atau tindakan yang
dilakukan manusia itu akibat pengaruh dari perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi tersebut tidak jarang membuat manusia bertindak
di luar kemauan sendiri. Pada awalnya, manusialah yang membuat
teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi
setiap apa yang dilakukan manusia. Zaman dahulu belum ada Hand Phone dan
internet. Tanpa ada dua perangkat komunikasi itu keadaan manusia biasa
saja. Tetapi sekarang dengan ketergantungan pada dua perangkat itu
manusia jadi sangat tergantung.
Utopia
dapat diartikan sebagai suatu ide mengenai masyarakat idaman, tentram
dan damai. Utopianisme merupakan suatu bentuk pemahaman mengenai konsep
“masyarakat/peradaban tanpa cela”. Peradaban
tanpa cela ini adalah suatu peradaban masa depan yang dimana segala
sesuatu berlangsung secara indah, menyenangkan, dan ideal.
Masyarakat/peradaban yang tanpa cela ini juga diartikan sebuah peradaban
yang demokratis dan tanpa kelas. Utopianisme memiliki dua aliran, yaitu
utopia sosial dan utopia fisik. Utopia sosial adalah suatu konsep
pembentukan peradaban tanpa menyinggung masalah lingkungan fisik
manusia. Pada utopia sosial ini upaya perubahan adalah pada sisi
struktur dan norma-norma kehidupan sosial. Tidak
ada pembagian kelas-kelas, pemerataan distribusi barang dan pemerataan
kesempatan terjadi di semua lapisan masyarakat. Sedangkan pada utopia
fisik, lebih kepada pengelolaan kehidupan fisik manusia tanpa
menyinggung konteks kehidupan sosialnya. Pemahaman utopia fisik
berpendapat bahwa melalui perubahan dan pembangunan fisik serta
pengelolaan tata ruang yang baik, efisien, indah, manusia akan menjadi
bahagia, hidup lebih baik, teratur, sehat dan sejahtera.
Pencetus
teori determinisme teknologi ini adalah Marshall McLuhan pada tahun
1962 melalui tulisannya The Guttenberg Galaxy : The Making of
Typographic Man. Dasar teori ini adalah perubahan yang terjadi pada
berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia
itu sendiri. Teknologi membentuk cara berpikir, berperilaku, dan
bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya di dalam
kehidupan manusia. Contohnya dari masyarakat yang belum mengenal huruf
menjadi masyarakat yang canggih dengan perlatan cetak maupun electronik.
Inti determinisme teori yaitu penemuan atau perkembangan teknologi
komunikasi merupakan faktor yang mengubah kebudayaan manusia. Di mana
menurut McLuhan, budaya kita dibentuk dari bagaimana cara kita
berkomunikasi.
Marshall McLuhan
UTOPIANISME TEKNOLOGI
Pendekatan
utopianisme dalam memahami perkembangan teknologi adalah bagaimana
perkembangan suatu teknologi tetap diimbangi dengan lingkungan alam yang
lestari dan kondisi sosial kultur yang tetap baik dan terjaga. Misalkan
saja bila Indonesia tidak lagi diliputi polusi limbah pabrik, pepohonan
hijau dimana-mana, sungai-sungai tetap memberikan ekosistem air yang
baik, habitat hewan dan tumbuhan terjaga baik, meskipun perkembangan
teknologi di Indonesia berjalan pesat.
Begitupun
juga dengan teknologi komunikasi, pemikiran utopia menginginkan
teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat tetap diimbangi dengan
sosial dan kultur masyarakat yang positif. Seperti kemunculan teknologi
internet yang semakin memudahkan manusia berinteraksi tetap mampu
menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat. Kemunculan jejaring sosial
Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak hanya secara maya namun juga
secara langsung (face to face). Masih banyak harapan lainnya selain dua
contoh diatas, namun pemikir utopia menginginkan berbagai konsekuen
negatif perkembangan teknologi komunikasi yang telah pesat di berbagai
bidang kehidupan tersebut tidak terjadi. Memang ini sebuah khayalan
tingkat tinggi, namun ini bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk
dilakukan. Sejatinya, teknologi komunikasi terus diciptakan dan
dikembangkan adalah tak lain untuk memudahkan perjalanan hidup manusia.
Bila manusia meletakkan kemuliaan martabat manusia diatas menggiurnya
perkembangan teknologi komunikasi saat ini, maka manusia akan
menggunakan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan dan menjauhkan dari
niat-niat negatif dalam penggunaannya. Yang terjadi saat ini justru
manusia rela menjatuhkan kemuliaannya dengan bersikap egois dan tak
bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi. Demi kepentingan pribadi,
manusia rela saling menjatuhkan, merugikan, membinasakan manusia lainnya
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Bila
melihat carut marut dunia yang disebabkan perkembangan teknologi
termasuk teknologi komunikasi, pemikiran utopia memang bagi sebagian
orang dianggap terkesan sepele, muluk-muluk, terlalu berandai-andai, dan
hanya suatu khayalan tingkat tinggi. Namun sebenarnya ini adalah suatu
pemikiran yang didambakan oleh orang-orang yang menginginkan kehidupan
yang lebih baik. Pemikir utopia yakin suatu saat keseimbangan alam dan
sosial kultur manusia dengan teknologi termasuk teknologi komunikasi
dapat terwujud suatu hari nanti.
Pendekatan
utopianisme dalam memahami perkembangan teknologi adalah bagaimana
perkembangan suatu teknologi tetap diimbangi dengan lingkungan alam yang
lestari dan kondisi sosial kultur yang tetap baik dan terjaga. Misalkan
saja bila Indonesia tidak lagi diliputi polusi limbah pabrik, pepohonan
hijau dimana-mana, sungai-sungai tetap memberikan ekosistem air yang
baik, habitat hewan dan tumbuhan terjaga baik, meskipun perkembangan
teknologi di Indonesia berjalan pesat.
Begitupun
juga dengan teknologi komunikasi, pemikiran utopia menginginkan
teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat tetap diimbangi dengan
sosial dan kultur masyarakat yang positif. Seperti kemunculan teknologi
internet yang semakin memudahkan manusia berinteraksi tetap mampu
menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat. Kemunculan jejaring sosial
Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak hanya secara maya namun juga
secara langsung (face to face). Masih banyak harapan lainnya selain dua
contoh diatas, namun pemikir utopia menginginkan berbagai konsekuen
negatif perkembangan teknologi komunikasi yang telah pesat di berbagai
bidang kehidupan tersebut tidak terjadi. Memang ini sebuah khayalan
tingkat tinggi, namun ini bukanlah sebuah hal yang mustahil untuk
dilakukan. Sejatinya, teknologi komunikasi terus diciptakan dan
dikembangkan adalah tak lain untuk memudahkan perjalanan hidup manusia.
Bila manusia meletakkan kemuliaan martabat manusia diatas menggiurnya
perkembangan teknologi komunikasi saat ini, maka manusia akan
menggunakan teknologi komunikasi untuk kemaslahatan dan menjauhkan dari
niat-niat negatif dalam penggunaannya. Yang terjadi saat ini justru
manusia rela menjatuhkan kemuliaannya dengan bersikap egois dan tak
bijak dalam menggunakan teknologi komunikasi. Demi kepentingan pribadi,
manusia rela saling menjatuhkan, merugikan, membinasakan manusia lainnya
dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Dampak
positif dan negatif menyertai seiring perkembangan teknologi
komunikasi. Secara positif, perkembangan tekonologi komunikasi telah
banyak membantu berjuta-juta penduduk dunia untuk saling terhubung
dengan kerabat, keluarga, teman lama, dan lain sebagainya. Bahkan saat
ini berkomunikasi pun menjadi hal yang lumrah dengan biaya yang murah
namun mampu melampaui ruang dan waktu.
Dibalik
nilai positif teknologi komunikasi yang menggiurkan, dampak negatifnya
pun tak kalah dahsyat. Teknologi komunikasi memberikan dampak negatif
terhadap kualitas dari hubungan yang dijalin. Ini dapat kita lihat
fenomena masyarakat yang lebih nyaman mengumpulkan teman-teman didunia
maya daripada aktif pada kegiatan-kegiatan organisasi nyata yang dapat
memberikan kualitas hubungan pertemanan yang lebih berkualitas, kongkrit
dan intents.
pemikiran
utopia menginginkan teknologi komunikasi yang sangat berkembang pesat
tetap diimbangi dengan sosial dan kultur masyarakat yang positif.
Seperti kemunculan teknologi internet yang semakin memudahkan manusia
berinteraksi tetap mampu menjaga moral, etika, norma-norma masyarakat.
Kemunculan jejaring sosial Facebook, tetap menjaga silahturahmi tak
hanya secara maya namun juga secara langsung (face to face). Masih
banyak harapan lainnya selain dua contoh diatas, namun pemikir utopia
menginginkan berbagai konsekuen negatif perkembangan teknologi
komunikasi yang telah pesat di berbagai bidang kehidupan tersebut tidak
terjadi. Memang ini sebuah khayalan tingkat tinggi, namun ini bukanlah
sebuah hal yang mustahil untuk dilakukan. Sejatinya, teknologi
komunikasi terus diciptakan dan dikembangkan adalah tak lain untuk
memudahkan perjalanan hidup manusia. Bila manusia meletakkan kemuliaan
martabat manusia diatas menggiurnya perkembangan teknologi komunikasi
saat ini, maka manusia akan menggunakan teknologi komunikasi untuk
kemaslahatan dan menjauhkan dari niat-niat negatif dalam penggunaannya.
Yang terjadi saat ini justru manusia rela menjatuhkan kemuliaannya
dengan bersikap egois dan tak bijak dalam menggunakan teknologi
komunikasi. Demi kepentingan pribadi, manusia rela saling menjatuhkan,
merugikan, membinasakan manusia lainnya dengan memanfaatkan kemajuan
teknologi.
Banyak
orang yang memiliki ratusan atau bahkan ribuan teman di facebook tetapi
di dunia nyata, mereka hanya memiliki beberapa orang teman dekat yang
menemani keseharian mereka. Inilah salah satu dampak negatif facebook
yang sampai sekarang mungkin belum disadari oleh beberapa orang. Mereka
telah kehilangan kemampuan untuk berbaur dengan masyarakat dan cenderung
nyaman dengan kehidupan online. Padahal jika terjadi suatu hal yang
krusial pada kehidupan kita, yang bisa membantu kita bukanlah
orang-orang yang kita kenal didunia maya tapi orang-orang yang hidup
disekitar kita.
Determinisme
teknologi media massa memunculkan dampak. Media massa mampu membentuk
seperti apa manusia. Manusia mau diarahkan pada kehidupan yang lebih
baik media massa punya peran. Namun demikian, media massa juga punya
andil dalam memperburuk keberadaan manusia itu sendiri.
Contoh yang dapat ditemui dalam realita yaitu
Perkembangan
teknologi yang semakin maju membuat segalanya serba ingin cepat dan
instan. Teknologi sebagai peralatan yang memudahkan kerja manusia
membuat budaya ingin selalu dipermudah dan menghindari kerja keras
maupun ketekunan. Teknologi juga membuat seseorang berpikir tentang
dirinya sendiri. Jiwa sosialnya melemah sebab merasa bahwa tidak
memerlukan bantuan orang lain jika menghendaki sesuatu, cukup dengan
teknologi sebagai solusinya. Akibatnya, tak jarang kepada tetangga dekat
kurang begitu akrab karena telah memiliki komunitas sendiri, meskipun
jarak memisahkan, namun berkat teknologi tak terbatas ruang dan waktu.
DAFTAR PUSTAKA :
Morissan. Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Kencana. Jakarta. 2008.
http://edukasi.kompasiana.com/2012/11/06/teori-determinasi-teknologi-dan-teori-utopianisme-506254.html
nice post... teori utopianisme untuk kehidupan yang lebih baik dan seimbang
BalasHapus